Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah usai sidang paripurna pengesahan ranperda pembangunan infrastruktur di Gedung DPRD Sumbar
PADANG, SENANDUNGKABAR.com
- Wacana pembangunan hotel berbintang di gedung Kebudayaan Sumatera Barat
(Sumbar) bertempat di gedung C pada lantai 2 menuai polemik. Menurut Gubernur
Sumbar Mahyeldi Ansharullah, pembangunan hotel di Gedung Kebudayaan tersebut masih sebatas rencana mentah.
“Hal itu masih awal di
tingkat Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan belum menjadi keputusan. Anggaran
juga belum ada” kata Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah usai sidang paripurna
pengesahan ranperda pembangunan infrastruktur di Gedung DPRD Sumbar,” Jumat
(06/01/2023).
Mahyeldi menyebut, beberapa
orang tokoh-tokoh seniman dan budayawan
Sumbar telah diundang OPD dalam Forum
Group Discution (FGD) untuk berdiskusi dan mendengarkan masukan-masukan, sehingga masukan
itu jadi bahan evaluasi.
“Justru kita disana ingin
bersama mendengarkan masukan,” katanya.
Sementara itu Ketua DPRD Sumbar Supardi,
menyikapi wacana pengubahan gedung kebudayaan menjadi hotel. Supardi
mengatakan, pembangunan gedung kebudayaan telah disepakati oleh periodesiasi
terdahulu.
“Gedung tersebut mutlak untuk menjadi
gedung kebudayaan. Seniman dan budayawan telah memberikan keberatannya,”
katanya.
Supardi menyebut, ikon dari Sumatera
Barat yakni budaya, di Sumatera Barat banyak lahir budayawan dari taraf
nasional dan internasional. Tentunya gedung kebudayaan tersebut akan memberi
banyak arti bagi seniman-seniman Sumatera Barat, dan mengandung sejarah. Mengenai
rencana pengalih fungsian atau pemanfaatan gedung kebudayaan tersebut, menurut
Supardi harus melalui kajian yang konfrehensif.
“Bappeda menyampaikan secara resmi dalam
rapat banggar nantinya gedung Kebudayaan Sumbar di tahap C di lantai 2 ke atas akan
dibangun hotel. Saya rasa itu masih dalam wacana lah, karena kita secara resmi
belum dapat surat, belum ada pembicaraan di tingkat tersebut,” katanya.
Dikatakan Supardi, jika gedung tersebut
diserahkan kepada pihak ketiga untuk pembangunannya dalam bentuk BOT dan
sebagainya. Hal ini akan menjadi masalah tersendiri, karena di tanah tersebut
sudah dibangun pondasinya.
“Dari berbagai pengalaman, aset yang ada
saja seperti Novotel dan Balairung yang di BOT kan masih menjadi persoalan
tersendiri. Saya rasa kita harus bijak dalam menyikapi persoalan tersebut,”
katanya.
Supardi menuturkan, DPRD meminta
Pemerintah Provinsi lebih serius dan cerdas di dalam menambah pendapatan asli daerah
yang selama ini bertumpu kepada pajak kendaraan bermotor. Pondasi PAD tidak
hanya pada pajak kendaraan bermotor tapi masih banyak di sektor lain seperti
pemanfaatan asset.
“Tapi kan tidak harus di Dinas Kebudayaan, masih banyak alternatif yang lain,” ujarnya. (Rel)
Posting Komentar